Majalah Gaiya

ALM. MGR. JOHN PHILIP GAIYABI SAKLIL: GURU KEHIDUPAN YANG MENGINSPIRASI

Oleh: Fr. Sebedeus Mote

Prolog

Mgr. Jhon Philip Gaiyabi Saklil, lahir di Kokonao, mimika barat 20 Maret1960 lalu meninggal pada 3 Agustus 2019. Bagiku ia adalah guru di sekolah kehidupan. Selama hidupnya ia mengajari banyak hal supaya umat Allah menjadi sunggu-sungguh beriman. Dengan kebijaksanaannya ia berusaha mendidik Iman umat beriman supaya bijaksana melihat tantangan zaman dierah krisis nilai manusiaan dan lain sebagainya. Sebelum penulis menuliskan refleksi hidup tentangnya saya hendak mulai dengan sebuah motto pribadinya waktu Alm. Mgr. Jhon masih mahasiswa di STTK (sekarang STFT Fajar Timur). Mottonya adalah “Saya datang bukan untuk memetik buah melainkan menghasil buah” itulah sebuah motto skiripsinya yang terterah di halaman bagian depan.  Motto ini menjadi dasar atau landasan hidup selama masi mahasiswa, Frater, diakon, sampai ia menjadi Imam. Sesudah mejalani kehidupan sebagai Imam di beberapa wilayah di Keuskupan Jayapura, ia terpilih menjadi Uskup pertama di Keuskupan Timika. Sesudah diangkat oleh Vatikan menjadi Uskup pertama motto kegembalaan yang ia pilih adalah Parate Viam Domini”Siapkan Jalan Bagi Tuhan”. Rupanya motto saat Mahasiswa dan Imam tidak cukup baginya maka itu Tuhan Allah memilih supaya ia menghasilkan buah yang berlimpah. Saya baru menyadari kalau selama beliau mase hidup ia selalu mengatakan: Saya mau panen dari kebun saya sendiri. Tidak perlu saya mencari atau mencuri kebun milik orang lain. Saya ber-refleksi bahwa beliau benar-benar mengikuti kehendak Roh Kudus yang berkarya dalam dirinya. Ia selalu dan senantiasa sampaikan dalam Bahasa lisan maupun tertulis “Tolong jaga dusun atau kebun, tanamlah bibit itu itu baik-baik, mengapa? Supaya bisa dinikmati oleh keluarga dan juga untuk sesama yang lain, kalo melaksanakan apa yang saya sampaikan ini maka keselamatan bisa terjadi”. Sebagai guru ia mengajarkan ajaran-ajaran hidup ini. Pengajaran ini menyadarkan kita untuk terus menghasilkan bibit atau benih panggilan khusus menjadi Imam, Suster, dan juga Bruder dalam kehidupa menggereja.

Alm. Mgr. Jhon: Datang Sebagai Pastor Vikep di Paniai (Awal Pertemuan Pertama)

Vikariat Episkopal/Kevikepan Paniai ditetapkan  pada 1 Januari 1989 dari Keuskupan Jayapura berpusat di Paroki St. Yusuf  di Enagotadi. Pastor Jhon Philip ( Mgr. Jhon) adalah Ppastor Vikep kedua tertanggal atau mulai bertugas sejak 1 September 1999. Sebagai Pastor Vikep ia melayani sampai didaerah terpencil. Saya pertama kali bertemu beliau adalah di Stasi Salib Suci Madi, awal November 2001 (sekarang sudah menjadi Paroki pada tahun 2011). Waktu itu ia bermain-main dengan saya karena waktu itu saya mase kecil. Tidak hanya di Paroki Madi (kini) ia juga sebagai Pastor Vikep beliau keliling (tourney) kunjungan pastoral ke Paroki lain untuk pelayanan dan juga memantau umat Allah di daerah Kevikepan Paniai, Kantor Kevikepannya sampai saat ini mase awet/bagus.

Sesudah ia berkeliling, pada tahun 2002 awal bulan November ia merusmuskan satu dokumen penting yaitu Pedoman Kerja Pastoral Menuju Paroki yang Mandiri. Pokok-pokok yang dimuat dalam pedoman itu adalah sebagai berikut: Pengertian pastoral paroki, Titik tolak program pastoral paroki, visi dan arah pastoral paroki, cara kerja pastoral paroki, dan bagian terakhir yang beliau tulis adalah Program pastoral paroki serta pedoman pembuatan RAP rutin paroki per tahun. Saya berefleksi bahwa Roh Kudus benar-benar memilihnya menjadi Uskup Pertama di Keuskupan Timika karena beliau benar-benar mewujud- nyatakan bagaimana melayani dengan tulus bagi orang-orang kecil, sederhana dan tertindas.

Mrg. Jhon Philip: Dari rumah tua itu beliau memandang danau Paniai

Suatu hari Mgr. Jhon (Pastor Vikep) membuka jendela dari kamarnya di kevikepan dari lantai dua, langsung memandang danau paniai yang begitu teduh. Beliau melihat mama-mama mee yang pagi-pagi keluar untuk cari ikan demi membiayai anak-anak sekolah. Sesudah ia melihat mereka, melalui jendela itu ada suatu udara segar masuk dalam dirinya. Ia berpikir lalu berkata ahhh udara pagi ini agak lain ini ada apa? Ia sejenak berefleksi dan berdoa dalam hati. Sesudah beberapa waktu lamanya Roh Kudus berkehendak lain dan Roh itu berkata kepadanya “sekarang sudah saatnya engkau menjadi Uskup pertama di Keukuspan Timika”. Mgr. Jhon sangat merasakan serta menghayati misteri Allah dalam kehidupannya sebagai Pastor Vikep dan belajar menghidupi sabda-Nya bersama umat Paniai (Meeuwodide) saat itu.

Tampak kantor dan Wisma Kevikepan Paniai.

Mgr. Jhon Philip: Menanam dan Menghasilkan Buah yang berlimpah

Moment Yang indah atau moment sukacita untuk ia mulai berkarya sebagai uskup supaya ia menanam dan menghasilkan buah adalah pada 18 April 2004, beliau  ditahbiskannmenjadi Uskup pertama oleh Leo Laba Ladjar OFM (sekarang uskup emeritus Keuskupan Jayapura). Umat Allah di wilayahnya bersukacita dan bergembira karena dari Kevikepan menjadi Keuskupan. Hal ini adalah suatu babak atau periode waktu yang dimana Allah menyatakan diri melalui Yesus dan kepada hamba-hambanya untuk memulai suatu kehidupan yang baru. Sesudah ditahbiskan menjadi Uskup pertama, ia dan para pastor senior lainnya mulai berpikir bagaimana menanam benih panggilan. Melalui cara dan gaya mereka sekarang sudah mulai banyak Pastor dan Suster dari Keuskupan Timika.

Ia sebagai guru mengajarkan banyak hal entah langsung maupun tak langsung supaya menata kehidupan rohani melalui sabda ilahi dan menata kehidupan jasmani melalui alam yang ada sebagai pusat kehidupan. Merawat Iman dalam kehidupan meng-gereja dan merawat alam dalam kehidupan sosial, keduanya tak bisa dipisahkan. Pemikiran Mgr. Jhon melalui motto hidupnya sangat berkaitan erat dengan motto tahbisan uskup atau motto kegembalaannya yaitu “Parate Viam Domini” Siapkan Jalan Bagi Tuhan.

Menghasilkan buah adalah proses Siapkan Jalan Bagi Tuhan

“ saya datang bukan untuk memetik buah melainkan menghasil buah, sedangkan motto tahbisan uskup yang Mgr. Jhon pilih adalah siapkan jalan bagi Tuhan”. Saya satukan motto hidup yang ada didalam skiripsinya dan Motto tahbisan episkopalnya, lalu saya rumuskan menjadi “menghasilkan buah adalah proses siapkan jalan bagi Tuhan. Menumbuhkan bibit panggilan itu ada didalam keluarga. Keluarga adalah gereja untuk menghidup, memelihara, dan menhayati keselamatan yang Allah tawarkan bagi segenap manusia. Mgr. Jhon selalu sampikan jaga kebun, jaga diri, jaga tanah dan lainnya adalah supaya gereja terus menghasilkan tenaga-tenaga Pastoral di keuskupan Timika, demi menuju gereja yang mandiri untuk siapkan jalan bagi Tuhan. Mgr. Jhon bagiku adalah guru di sekolah kehidupan, mengapa? Karena sebagai guru beliau mengajarkan bagaimana menghasilkan hal-hal yang baik dan ia menunjukkan jalan keselamatan supaya umat Allah sampai kepada-Nya.

Nasehat dari Alm. Mgr. Jhon: Sebedeus jangan lompat pagar lagi eee

Pada pertengahan tahun 2017 saya menyelesaikan Pendidikan Kursus Persiapan Atas (KPA) di Seminari Menengah St. Fransiskus Waena. Lalu libur ke Paniai sebelum masuk di Seminari Tahun Orientasi Rohani. Saya libur di Pastoran Salib Suci Madi. Waktu itu pas saya libur ada kegiatan mudah-mudi katolik dekenat paniai yang berlangsung di Paroki St. Fransiskus Obano. Pertemuan kedua setelah sekian tahun saya bertemu mgr di obano, beliau pesan “Ei ko jangan lompat-lompat pagar lagi ee” saya menjawab siap bapa Uskup, lalu beliau memberikan senyuman. Waktu itu Alm. Jhon Philip datang memberikan materi tentang Gerakan Tungku Api Kehidupan (GERTAK). Yang terlintas di pikiran saya adalah selain tugas mulia lain bagiku Mgr ini memang guru kehidupan, ia kase sekolah kita dengan seluruh kehidupan yang ia jalani. Nasehat atau didikan lain yang ia sampaikan adalah“Hidup itu sekolah. Hidupi apa yang ada dengan penuh bijaksana. Hai anak-anak mudah sekarang pusat-pusat perkotaan di beberapa kabupaten di meuwoodide ini orang “pendatang” sudah mulai kuasai, kalo mereka kuasai kamu, kamu mau tinggal dimana?. Pada kesempatan itu Alm. Mgr. Jhon, mendidik, menasehati, mengajar mudah-mudi dekenat Paniai supaya beriman dan berbijaksana dalam mengatur kehidupan.

Penutup

Saya hendak menutup refleksi singkat tentang Alm.Jhon Philip Gaiyabi Saklil dengan lagu yang ia ciptakan sendiri yang berjudul:

Untuk Bapa Tersayang

Untuk bapa tersayang

beribu cinta engkau berikan,

beribu nasehat engkau ajarkan,

beribu karya engkau jalankan…

Cintamu membentuk aku,

nasehatmu menuntun aku,

karyamu menghasilkan aku,

hidupmu terukir indah diSurga….

untuk bapa tersayang

waktumu telah berlalu,

terimaksih atas jasamu,

doa dan cintamu selalu….

Untuk bapa tersayang

kerut wajahmu karena pikiran,

kasar tanganmu karena kerja keras,

senyum bibirmu, ungkapan cinta.

Tiada yang bisa kubalaskan,

Tiada yang bisa ku berikan atas semua pengorbananmu,

bagi keluarga dan anak-anak.

Saya refleksikan bahwa lagu ini tak ada yang tahu selama ini! kalau beliau itu merangkul atau satukan kedua mottonya kalau ia itu guru di sekolah kehidupan. Ku akan mengenangmu sebagai Guru yang pernah menuntun daku dijalan tua.

Alm. Mgr. John bersama Calon Imam dari Keuskupan Timika.

Keuskupan Timika

Official WEB Keuskupan Timika di kelola oleh Komisi Komunikasi Sosial

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button