Profile
Kontak pertama para imam dengan sejumlah warga di Keuskupan Timika terjadi pada Mei 1896. Mula-mula, Imam Cornelius Johannes Franciscus Le Cocq d’Armandville, S.J., bersama dengan dua siswa dari Daerah Kapaur, Fakfak, berkunjung ke Kipia, Mimika, selama 10 hari dan kemudian berencana kembali ke Daerah Kapaur pada 27 Mei. Namun, kapal yang ditumpanginya menghadapi cuaca buruk dan Le Cocq d’Armandville tewas tenggelam.
Peristiwa pembaptisan pertama dilakukan oleh Imam Kowatzky, M.S.C., pada 11 Agustus 1928 di Paroki Kokonao. Selanjutnya, perluasan wilayah keuskupan dilakukan oleh Herman Tillemans, M.S.C., pada 27 Desember 1929 manakala ia mengunjungi Kokonao sebagai persiapan dalam mengunjungi sejumlah daerah di Danau Wisselmeren, Paniai.Sesudah Paniai, misi Tillemans kemudian berlanjut ke Kamu, Mapia, Moni, dan Dogiyai.
Perjalanan Tillemans ini dibantu oleh Auki Tekege. Auki Tekege mempertemukan antara Mgr Tillemans beserta rombongan dari OFM dengan tokoh-tokoh adat dari Kamu, Mapia, Moni/Migani, maupun Dogiyai dengan memanfaatkan Paroki Modio sebagai titik awal pertemuan, yakni pada tanggal 26 Desember 1936.
Hingga 1989, Keuskupan Timika merupakan bagian dari Keuskupan Jayapura. Setelah 1 Januari 1989, Herman Ferdinandus Maria Münninghoff, O.F.M. membentuk suatu vikar episkopal baru di sebelah barat Keuskupan Jayapura. Pada 15 Januari 2001, peserta sidang Konferensi Waligereja Indonesia mengusulkan satu kevikepan di sebelah barat dari Keuskupan Jayapura dipisah dari Keuskupan. Pada 15 November 2003, Paus Yohanes Paulus II meresmikan pembentukan Keuskupan Timika dan menetapkan Gereja Tiga Raja sebagai pusat keuskupan.
Sumber: Wikipedia
LOGO, MOTTO, VISI-MISI DAN BIDANG-BIDANG STRATEGI PASTORAL KEUSKUPAN TIMIKA
LOGO KEUSKUPAN
Kitab Suci :
Firman Tuhan dan Tradisi Gereja sebagai dasar pelayanan
Topi, Tali, Mitra, dan Tongkat :
Gereja dalam pelayanan
Burung Cendrawasih :
Area pelayanan di Keuskupan Timika-Papua
Noken (Tas Budaya) dan Jemaat dalam Bahtera :
Membangun persekutuan yang menghidupkan dalam konteks budaya setempat
Busur dan Panah :
Memerangi segala kejahatan
Bintang, Tifa, dan Salib :
Mencari dan memuliakan Dia yang menyelamatkan
MOTTO
PARATE VIAM DOMINI
Parate Viam Domini = Siapkan Jalan Tuhan (Mat. 3:3) adalah motto tahbisan Uskup. Di bawah motto inilah Keuskupan Timika digembalakan, dengan harapan agar semakin banyak orang dapat menemukan Kristus, Jalan Keselamatan di dalam Gereja.
VISI
UMAT ALLAH YANG BERSEKUTU, MANDIRI DAN MISIONER
Visi Keuskupan Timika adalah: Umat Allah yang Bersekutu, Mandiri dan Misioner. Rumusan visi ini lahir dari suatu pergumulun sejarah panjang umat Keuskupan Timika, sejak menjadi bagian dari Keuskupan Jayapura yang giat membangun Persekutuan sebagai Umat Allah. Kemudian menjadi Kevikepan Wilayah Barat Keuskupan Jayapura yang berjuang mewujudkan Gereja sebagai Umat Allah yang Bersekutu dan Mandiri. Saat ini, setelah menjadi keuskupan sendiri, harapan menjadi Umat Allah yang Bersekutu dan Mandiri perlu pula ditopang oleh semangat untuk terus berkembang, baik dalam kualitas maupun kuantitas, secara internal maupun eksternal. Untuk itu diperlukan semangat Misioner. Ketiga unsur utama visi tersebut, yakni Umat Allah yang Bersekutu, Mandiri, dan Misioner, menjadi impian untuk dicapai melalui kebijakan dan program-program keuskupan dari waktu ke waktu.
MISI
Untuk memperjuangkan pemenuhan Visi tersebut, Gereja Katolik Keuskupan Timika mempunyai Misi :
- Mengembangkan semangat persaudaraan sejati antar umat (intern: multi etnis, multi cultural) dan antar golongan (extern: multi etnis, multi cultural, multi religi) di tengah masyarakat.
- Menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga Gereja, (“Gereja adalah kita”).
- Membangun kemandirian dalam tiga pilar kemandirian Gereja yakni bidang Iman, Personil dan Finansial.
- Mengobarkan semangat bersaksi (semangat missioner) dalam kehidupan seluruh warga Gereja.
BIDANG-BIDANG STRATEGIS PASTORAL
- Pemeliharaan dan Pengembangan Iman
- Pendidikan
- Sosial – Ekonomi
- Kesehatan