Majalah Gaiya

KEKUATAN KASIH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Refleksi Iman dalam Terang Injil, Ajaran Gereja, dan Teladan Kudus

Perkembangan dunia yang penuh dengan kecepatan, tekanan, dan individualisme, kita seringkali kehilangan hal yang paling mendasar dalam kehidupan kita yaitu KASIH. Kasih bukan sekadar perasaan, tetapi salah satu kekuatan yang mengubah cara berpikir dan bertindak kita, terhadap setiap realitas, hidup harian kita. Kasih bukan hanya untuk momen besar, melainkan kasih harus hidup dan hadir dalam tindakan hidup sederhana dalam setiap hari, karena kasih hadir melalui tindakan kecil yaitu perhatian, kesabaran, pelayanan dan pengampunan. Kata kasih sebagaimana diajarkan oleh Sta. Teresa dari kalkuta “Kita tidak bisa melakukan hal-hal besar, hanya hal-hal kecil dengan kash yang besar”. Arti ungkapan ini merupakan kasih bersumbar dari kebijaksanaan dan ketulusan hati, bukan melalui kebesaran tindakannya.

Paus Fransiskus melalui ensiklik Fratelli Tutti menekankan bahwa: “Kasih menemukan ekspresinya bukan hanya dalam hubungan-hubungan dekat, tetapi juga dalam keterbukaan terhadap semua orang” (lih. FT 95). Artikel ini mendorong setiap kita untuk saling mengasihi satu sama lain, tanpa memandang warna kulit, ras, budaya, agama, dan suku dalam kehidupan ini. Dalam konteks ini, Yesus sendiri telah memberikan teladan kasih yang total kepada kita, supaya kita menjadi pelaku kasih yang hidup bagi sesama kita di zaman modern ini. Sebagaimana di tekankan dalam Injil Yohanes, Ia mengajarkan kepada kita semua bahwa: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi” (lih. Yoh 13:34). Kasih-Nya memberikan kita teladan dalam hidup yang di penuhi oleh ketidakadilan, ketakutan, kecemasan, egois, iri hati, cemburu, kedengkian dan ketidak terbukaan diri terhadap sesama kita, namun kasih-Nya mengajarkan kita untuk melahirkan dan memelihara kedamaian demi nilai kebaikan hidup bersama dalam kasih.

Oleh karena itu, kasih menjadi sangat penting dalam keadilan hidup manusia, karena hidup tanpa kasih kita semua tidak akan mampu memahami dan mempraktekan keadilan dengan baik dan benar. Dalam satu bentuk kata dari kasih sejati dan keadilan sejati dapat ditemukan melalui ekspresinya dalam perintah kasih Ilahi yaitu “Cintailah sesamamu sebagaimana dirimu sendiri” (Bdk. Pizzoni, 1955:344). Dengan demikian, melalui Gereja setiap kita dipanggil dan diutus untuk mewujudnyatakn kasih Allah itu dalam setiap kehidupan kita sebagai sumber kasih yang hidup bagi sesama kita, melalui tindakan hidup sehari-hari kita. Kasih akan bertumbuh dan berkembang ketika kita saling mengasihi, dalam hidup keluarga, komunitas, lembaga, dan lingkungan sosial. Artinya bahwa kasih menjadi dasar untuk membangun relasi yang mendalam dan sehat, sebagaimana di tekankan oleh St, Paulus “Yang penting ialah iman yang bekerja oleh kasih (lih. Gal 5:6). Kekuatan kasih akan terlihat bukan dalam bentuk kata-kata belaka, tetapi dalam bentuk kehadiran yang setia, dan tangan yang mengulurkan bantuan kepada sesama yang membutuhkannya. Kasih-Nya hidup nyata, ketika kita menjaga iman dan hati melalui tindakan kita di zaman ini.

Untuk itu, ketika kita melakukan keadilan kasih kita memberikan kasih dan cinta yang tulus kepada sesama di saat yang sama adalah cinta kasih yang tulus, Santa Teresa dari Kalkuta menekankan: “Kasih dimulai dengan senyuman, tumbuh dalam pengorbanan, dan matang dalam pelayanan” kasih kepada sesama kita yang menderita dan ditindas, supaya kasih itu dapat bertumbuh. Dan kasih itu menuntut setiap kita untuk menghadirkan dalam keluarga, lembaga sekolah, komunitas, tempat kerja, jalanan, dan media sosial.

Akhirnya, kekuatan kasih akan mengubah setiap pribadi dalam hidup kita ini dan sesama yang lain, ketika kita menjadikannya sesama kita adalah bagian dari setiap aspek kehidupan sehari-hari kita. Dan menghidupi setiap kehidupan sebagai anugerah kasih Allah kepada kita untuk mengasihi “Sesamamu seperti dirimu sendiri” (lih, Mrk 12:31) di dunia ini, dengan pancaran kasih melalui senyuman, pelayanan dan kepedulian yang tulus dalam hidup bersama sebagai satu keluarga Allah zaman ini; dengan hati yang terbuka, untuk mewartakan nilai-nilai Injil sebagai sumber kasih Allah dalam hidup sehari-hari kita semua,

Penulis: Fr. Yuven Migani Belau

Keuskupan Timika
Author: Keuskupan Timika

Official WEB Keuskupan Timika di kelola oleh Komisi Komunikasi Sosial

Keuskupan Timika

Official WEB Keuskupan Timika di kelola oleh Komisi Komunikasi Sosial

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button