FILSAFAT SUKU MEE: MENELAH PEMIKIRAN MANFRET CHRISANTUS MOTE TENTANG AKAL BUDI
Prolog
Pokok sorotan yang ia pakai dimulai dengan suatu pertanyaan yaitu “Menurut pemikiran manusia mee apakah akal-budi itu dan peranan-peranan serta fungsinya?”. Untuk membahas lebih lanjut pada mulanya disoroti pertanyaan “Siapakah manusia mee yang Ber-Akal Budi itu dan manakah letak perbedaannya bila dibandingkan dengan hewan?. Manusia adalah mahkluk yang berakal budi dan itulah keistimewaannya dari hewan. Secara jasmaniah manusia bila dibandingkan dengan hewan maka perbedaannya gradual, tak asasi. Tetapi dari aspek rohani perbedaannya prinsipil, azasi dan fundamental, mengapa demikian? Karena manusia itu berakal budi.
Manusia Mee dan Konsepnya tentang Akal budi
Pandangan manusia Mee akal budi merupakan potensi dalam diri manusia harus digunakan untuk berpikir sebelum bicara, bekerja, berjalan, makan-minum dan singkatnya sebelum melakukan kegiatan insani manapun. Akal budi itu penuntun hidup manusia Mee, sehingga dapat disapa sebagai kakak. Pemikiran ini termuat dalam kalimat “dimiko akauwai awi” jadikan akal budi sebagai kakak.
Salah satu aspek yang dipikirkan oleh akal budi adalah mengenai “hidup”. Hidup bagi orang Mee adalah suatu perjuangan yang harus dihadapi, dialami selama hidup akhirnya menang atasnya. Agar dapat menang dalam hidup orang Mee berkata “Umitou duba dimiko akauwai awi”. Dalam lika-liku hidup Akal budi mesti dijadikan sebagai kakak.
Manusia Mee yang berpikir tentang Kerja
Hidup berarti bekerja. Konsep kerja bagi manusia Mee berarti kerja tangan dan bekerja akal pikiran. Kerja bagi manusia Mee adalah suatu kewajiban manusia yang hidup. Tanda bahwa manusia masih hidup adalah bekerja. Untuk melakukan suatu pekerjaan yang berhasil akal budi mesti diaktifkan. Karena peranan Akal budi dan hal ini adalah sebagai penuntun. Orang Mee mengatakan “ Ekowai duba dimiko adaku tetikumi,dimiko akauwai awi”. Dalam hal kerja-melakukan hal apapun, Akal budi tidak boleh dilupakan dan jadikan Akal budi sebagai kakak.
Manusia Mee Memikirkan “Yang Ilahi”
Ia juga memikirkan pandangan dan pemikiran orang mee mengenai “Yang Ilahi”. Dalam pengertian dan kesadaran orang Mee mengakui ada SESUATU YANG MENGATASI diri manusia yang disebut UGATAME atau UGATA IBO yang berarti pribadi Yang Mencipta atau Pencipta Yang Besar. Selain itu diakui pula bahwa ada banyak roh entah yang baik maupun yang jahat. Namun Azas dan asal dari segalahnya itu adalah Pencipta atau UGATAME itu.
Manusia Mee juga berpikir mengenai diri sendiri dan mengenai manusia pada umumnya. Orang Meemengakui bahwa manusia itu adalah mahluk yang berakal budi dan hal ini terungkap dalam kalimat “Mee ko dimi yago tuma”, “Manusia adalah bangsa yang berakal budi”. Selain itu disadari pula bahwa manusia itu mahluk yang berhati Nurani dan berkehendak bebas. Tentang hal ini dikatakan”Mee kokegepa Yago Tuma”. “Manusia adalah bangsa yang berhati”. Dengan akal budi manusia berpikir dan dengan hatinya manusia merasa dan menimbang serta memilih dan mengambil keputusan. Dalam diri manusia ada pula Roh yang bertindak selaku prinsip hidup. Prinsip hidup ini dinamakan “Aya”. “Tene” dan dia inilah yang melajutkan hidup didunia orang mati.
Epilog
Dengan demikian menurut pemikiran Filsuf suku mee Bapak Manfret Chrisantus Mote S.Fil dalam konsepnya tentang “AKAL BUDI DALAM KONSEP PEMIKIRAN MANUSIA MEE” mengatakan dan menuliskan: Manusia mee adalah manusia yang berakal budi, berhati Nurani, berkehendak bebas serta berroh, dan itulah manusia Mee yang utuh. Manusia adalah bangsa yang berakal budi, hanya manusia saja yang berakal budi dan berpikir. Manusia itu berpikir dalam pikiran manusia.
Tidak lain Hanya manusia yang berpikir mengenai hidup dan kehidupan manusia. Mari kita belajar dari pemikirannya ini supaya semakin giat membangun Akal Budi dari ketidurannya untuk selanjutnya ber-Filsafat bersama para leluhur mengenai manusia dan Akal budinya. Filsuf suku Mee ini berpesan “berpikirlah dengan akal budimu mengenai budaya dan gunakanlah batinmu untuk mencintai sepenuhnya.
Penulis: Fr. Sebedeus Mote