Majalah Gaiya

BUAH DARI KEHENINGAN ADALAH DUA ORANG SALING MENCINTAI

Di dalam refleksi ini, berangkat dari “Buah dari sebuah keheningan adalah dua orang saling mencintai”. Mengantar kita untuk memahami buah permenungan berdasarkan pada Kitab Suci Injil Markus “Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya” (Bdk. Mrk 3:13). Penginil Markus menyajikan kepada kita bahwa hal saling mencintai antara satu dengan yang lain itu, merupakan suatu relasi hidup manusia untuk hidup dan mengalami keselamatan didalam Allah. Oleh karena itu, setiap kita dipanggil untuk saling mencintai dan menabur cinta dalam hidup bersama dengan Allah melalui keheningan/meditasi dan rekolekasi untuk memiliki hati atas panggilan hidup yang dipilihnya serta memakani cinta kasih Allah didalam dirinya dalam hidup ini; sehingga cinta Allah menjadi modal dan dasar utama didalam kehidupan kita manusia terus berkembang dan saling menghidupkan bersama.

Mengapa buah keheningan adalah dua orang saling mencintai? Dan Bagaimana cara kita agar keheningan dapat menghadirkan Tuhan melalui keheningan? Untuk menjawab pertanyaan diatas, akan menguraikan didalam pembahasan ini dengan buah keheningan dalam konteks hidup manusia sehari-hari. Maka itu, kehidupan doa menjadi sumber utama dalam berkomunikasi dengan Tuhan Allah. Keheningan dalam doa berarti manusia mengungkapkan atau mempersembahkan hidup panggilannya kepada Tuhan sebagai sumber hidup. Karena buah dari keheningan itu berlandaskan pada kehidupan doa yang dimilikinya dan diri pribadi berinisiatif untuk merenungkan waktu dan mau memanjatkan ucapan syukur atas kehidupannya. Dan mempersembahkan semua penderitaannya kepada Allah untuk bertobat dan memperbaharui diri secara total. Hal lain yang di tunjukkan kepada kita adalah menyerahkan nyawa-Nya dikayu salib dan mengampuni para pembunnuh-Nya (Bdk. Luk.23:24) dan dia mempercayakan kepada kita perintah yang paling disayagi-Nya: agar kita saling mengasihi seperti Allah mengasihi kita (Bdk. Yoh 15:12). Untuk itulah Allah memanggil setiap kita masing-masing untuk menjadi pelaku cinta kasih didunia zaman modern ini, secara bijak dan rendah hati untuk  membebaskan dirinya.

Berdasarkan pemabahasan diatas kita semua dipanggil dan diutus untuk memaknai hidup panggilan kita masing-masing dengan penuh rendah hati dan bijaksana mempersembahkan diri seutunya kepada Tuhan Allah dengan tulus dan ikhlas. Ikhlas mempersembahkan diri melalui rekoleksi dalam situasi hening menghadirkan Yesus didalam dirinya dengan membuka diri sepenuhnya serta menyadari bahwa Yesus menjadi pokok utama didalam hatinya. Hal ini menjadi pokok utama dalam menghayati kehadiran Yesus melalui keheningan membangun komunikasi dengan-Nya. Didalam situasi itu, kita perlunya menghayati cinta Yesus kepada kita sebagaimana mestinya secara sungguh-sungguh Dia mencintai kita. Maka itu, kita perlunya memiliki waktu dan ruang untuk membangun relasi bersama-Nya, supaya kita berseru “Dengan amat sangat Aku mengharapkan Tuhan, Dia mengindahkan daku dan mendengarkan semuanku” (bdk. Mzm 40:2).  

Oleh karena itu, perlunya kita mempersiapkkan diri untuk memposisikan diri sepenuhnya kepada Tuhan Allah dengan mengambil waktu untuk menyadari kehadiran anugerah Tuhan Allah disekitar kita dengan tekun dan menyadari bahwa kehadiran Yesus didalam diri dan tubuh kita dan merasakan kenyamanaan, dengan mengatur setiap pernapasan kita secara lembut. Karean itu semua merupakan suatu anugerah dan rahmat kasih Allah yang mencurahkan diri sepenuhnya kepada kita. Maka itu, kita perlunya mengambil waktu untuk membangun komunikasi pribadi atau membangun intim dengan Allah secara hati yang tulus. Didalam keheningan itu, perlunya kita meminta “Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini diam dirumah Tuhan seumur hidupku” (Bdk. Mzm 27:4).

Hal ini mau menjelaskan bahwa didalam hidup panggilan perlunya menghadirkan Tuhan Yesus didalam hati kita dengan setia melalui doa-doa dan puasa kita menjadi dasar utama untuk memperoleh keselamatan hidup yang penuh bermakna melalui pertobatan diri secara tulus dan total. Artinya bahwa kehidupan kita akan berharga ketika kita memberikan waktu dan ruang untuk menghadirkan Tuhan didalam diri kita, karena Dia-lah Raja damai yang mengajak kita untuk ikut mendirikan kerajaan damai dan kasih-Nya dalam hidup kita, supaya diri kita dikuasi dan dibimbing oleh Roh-Nya melalui keheningan doa-doa kita dalam menuju panggilan hidup yang sedang kita mengembang ini dengan tulus hati. Ketulusan hati kita mendaraskan melalui doa-doa kita kepada Tuhan Allah sebagaimana mestinya, dengan mengutamakan cinta kasih Allah karena Allah lebih dahulu mencintai kita maka kitapun bersedia mencintai sesama kita.

Doa-doa dalam keheningan kita adalah mempersembahkan hidup panggilan kita kepada Allah dengan mengucpkan syukur dengan hati yang penuh bijaksana. Didalam konteks keheningan itu; kita dipanggil untuk menjadi orangnya Yesus “On becoming a man of God”. Tujuan utama dari buah keheningan adalah kita mau mempersembahkan diri kepada Tuhan melalui doa-doa kita dengan menghadirkan diri Yesus yang sesungguh-Nya didalam hati kita serta mengucapkan syukur atas setiap anugerah dan rahmat kasih-Nya kepada kita, melalui cara dan tindakan hidup panggilan kita itu kepada Tuhan Allah dengan penuh kerendahan hati.

Diakhir refleksi ini, kita semua dipanggil untuk percaya bahwa setiap kehidupan kita adalah buah dari setiap keheningan dengan doa, maka itu Tuhan Allah mengajak kita semua supaya “Berdoa bagi mereka agar mereka bersatu dalam kita, supaya dunia percaya bahwa Engkau mengutus aku” (Bdk. Yoh 17:20-21). Perikop Injil ini mengajak kita untuk saling mendoakan, mencintai, menghormati, karena panggilan kita adalah untuk saling memperhatikan, mendoakan sesama kita sebab hal ini merupakan pelayanan kasih. Oleh karena itu, pelayanan kasih menjadi kaya justru kita terus terbuka dan mempersembahkan setiap hidup itu dengan bersyukur atas rahmat kasih-Nya, dengan tekun dan setia mencintai Allah dan sesama kita dengan sungguh-sungguh serta berserah diri pada Allah dan bertobat demi kehidupan dan keselamatan kita masa sekarang dan masa yang akan datang.

Penulis: Fr. Yuven Migani Belau

Keuskupan Timika

Official WEB Keuskupan Timika di kelola oleh Komisi Komunikasi Sosial

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button