KITA SEMUA DIPANGGIL MENJADI SAKSI-NYA
Didalam refleksi ini, saya berangkat dari Panggilan awal Nabi Samuel yang menjadi dasar hidup panggilan kita semua untuk bersaksi dan mewartakan kabar gembira. Oleh karena itu, panggilan menjadi saksi merupakan pengalaman hidup pribadi yang benar-benar hidup dan bermakna dan beriman pada ajaran iman Kristiani. Refleksi ini berdasarkan pada kisah panggilan Samuel yang berbunyi “Pada masa itu Firman Tuhan jarang: Penglihatan-penglihatan pun tidak sering”(Bdk. 1Sam 3:1) dalam konteks ini merupakan panggilan Allah kepada kita manusia dalam kenyatan hidup ini.
Panggilan kita pada umumnya merupakan kasih karunia dan anugerah dari Allah sendiri kepada kita semua. Demikianpun dengan panggilan awal Samuel memberikan nilai positif kepada kita semua untuk membangun komunikasi yang erat bersama-Nya, melalui berdoa dan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah. Panggilan Allah kepada Samuel menjadi suatu inspirasi bagi kita dalam hidup ini, dan kita akan menjawabnya dengan seruaan “Berbiacaralah, sebab hamba-Mu ini mendengarkan”, demikian pun sama dengan tangkapan Samuel atas panggilan Allah itu. Berdasarkan panggilan Samuel ini, kita semua juga dipanggil menjadi Samuel yang lain bagi sesama dizaman modern ini. Maka itulah Allah memanggil kita semua untuk percaya dan bertobat pada panggilan Allah dan percaya pada Yesus yang memanggil, memilih, mengutus serta mengajak untuk “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Bdk. Mrk 16:15), sebagai sumber panggilan dan perutusan kita untuk bersaksi tentang Kristus dan menghadirkan sukacita Injil yang hidup pada zaman ini.
Maka itu setiap pribadi kita dipanggil untuk mendatangkan dan menghadirkan nilai-nilai kerajaan Allah dan bekerja demi keselamatan hidup kita bersama. Karena itulah setiap kita dipanggil dan diutus menjadi saksi-Nya untuk mewartakan Injil kepada sesama kita. Dengan demkian Allah sendiri mengutus Putra-Nya untuk menyelamatkan kita semua dari perbudakan dosa dan memberikan kita keselamatan dan hidup yang baru melalui penderitaan-Nya. Maka itu; melalui penderitaan-Nya memberikan kita nilai dan makna hidup yang baru bagi diri kita semua untuk bersaksi tentang nilai-nilai hidup yang kita jalani dalam hidup kita yaitu; cinta kasih, sukacita, kegembiraan, kebahagian, kedamaian, keadilan, kesejahteraan dan kemakmuraan, maka itulah kita semua dipanggil untuk mewartakan kasih Kristus sejati dalam hidup ini. Oleh karena itu, “Yesus Kristus sendiri memanggil kita untuk menjadi sahabat dan bukan hamba” (Bdk.Yoh.15:13), perikop Injil ini mau mengajak kita untuk saling melayani dan menolong dalam mewartakan Misi-Nya serta mendengarkan Dia yang memanggil kita semua.
Dalam konteks ini, panggilan setiap kita adalah untuk percaya dan bertobat serta menabur beni kehidupan yang baru dan baik yang sangat berharga bagi setiap hidup kita ini. Dan kita dipanggil menjadi tanda dan sarana bagi sesama kita dimana kita hidup, diutus untuk bersaksi tentang Kristus yang bangkit. Oleh karena itu, Tuhan Yesus memanggil dan mengajak kita supaya bertobat dan percaya pada kasih karunia-Nya yang menyelamatkan kita sebagai anggota Kristus yang sama dan satu dalam terang Injil. Kita semua dipanggil untuk menguduskan dan memuliakan Nama Tuhan Allah dalam hidup kita ini; dengan penuh setia dan ikhlas serta menghidup semangat karya keselamtan-Nya. Sebab itulah kita Panggilan untuk melaksanakan kehendak-Nya dan mewujudnyatan sukacita kasih Kristus yang menyelamatkan kita semua dibumi ini.
Dengan demikian, tujuan utama Tuhan Yesus memanggil kita adalah menghadirkan “Kehendak Allah harus terjadi dibumi” (Bdk. Mat 6: 9-10) ini, serta membagikan dan menghidupkan nilai-nilai sukacita kasih Kristus dalam hidup bersama. Menghidupkan dan membagikan sukacita sebagai lambing keselamatan hidup dari perbudakan dosa, karena Allah sendiri menderita dan Mati di Kayu Salib merupakan perutusan dari Allah untuk menyelamatkan kita manusia dari dosa, dan kita pun dipanggil untuk membebaskan diri dari setiap kehidupan kita dengan sungguh-sungguh. Karena Allah sendiri memanggil kita semua untuk “Membebaskan dari segala bentuk pencobaan dan kejahatan lainnya” (Bdk. Mat 6:12-13), didalam hidup panggilan kita semua. Hal itu merupakan sumber utama dalam menjalani panggilan sebagai saksi Kristus yang sebenarnya, untuk menceritakan kebenaran dan keadilan Tuhan Allah dalam hidup kita ini.
Oleh karena itu, tugas kita melalui panggilan dan perutusan adalah mewartakan kabar gembira dan membuka “Jalan menuju kepada kemuliaan-Nya, sekaligus jalan untuk memuliakan Allah” (Bdk. Yoh 13:31-32) dalam hidup, supaya mewariskan hidup yang baik dan benar. Sebab itulah kita semua dipanggil untuk menjadi saksi sejati-Nya. Artinya bahwa kita semua adalah saksi Kristus yang hidup, diajak untuk berani bersaksi tentang Kristus sebagai Injil yang hidup untuk menyampaikan kabar baik kepada sesama dengan hati yang terbuka, berdasarkan pengalaman hidup panggilan kita masing-masing, sebagaiamana pengalaman dan teladan hidup Nabi Samuel menjadikan tokoh inspirasi dalam hidup kita ini yang semakin berarti. Dengan demikian; kita sebagai pengikut Kristus dipanggil untuk memberikan kesaksian hidup secara tulus dan total tentang kemuliaan Allah itu dengan penuh rendah hati.
Diakhir refleksi ini; kita semua dipanggil untuk “Mewartakan Injil sesungguhnya merupakan rahmat dan panggilan khas bagi Gereja, merupakan identitasnya yang terdalam. Gereja ada untuk mewartakan Injil”(Evangelii Nuntiandi, art.14). Maka itu, didalam sepanjang hidup kita dipanggil untuk mewartakan Kristus dan Injil kepada sesama tentang kerajaan Allah dan diutus “Untuk menyampaikan undagan Tuhan yang meminta kita umat-Nya untuk berjalan dalam terang Tuhan” (Bdk.Yesaya 2:15) itu kepada sesama kita dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, tugas kita sebagai saksi-Nya pada zaman modern ini adalah menjadi saksi yang hidup untuk mewartakan gembira tentang keselamatan, karena keselamatan itu bersumber kasih dan anugerah dari Tuhan kepada kita semua untuk hidup dalam kekudusan-Nya.
Penulis : Fr. Yuven Migani Belau