AKULAH PERTAPA DITENGAH KERAMAIAN DUNIA INI
Saya adalah suster sekuler. Dengan segala kesadaran penuh,saya menyadari bahwa Rumahku bukan tembok biara tetapi rumahku ditengah keramaian dunia. Disanalah saya menemukan jati diri sejati melalui pelayanan dan kasih yang nyata dan menyatu dengan manusia pada umumnya. Tetapi hidup saya harus beda dengan kehidupan berkeluarga pada umumnya.
Saya adalah pertapa ditengah keramaian yang menghidupi spritualitas religius tanpa biara. Saya menjalani kehidupan rohani yang harus mendalam sambil tetap terlibat aktif dalam dunia sekuler. Saya adalah Seorang suster sekuler dan membaktikan hidup saya dalam Tarekat SRM dan saya berjanji Tri Prasetia saya kepada Tuhan maka saya harus bertanggungjawab penuh kepada Tuhan. Disinilah pentingnya membangun kehidupan Rohani yang teratur agar saya selalu menjadi pribadi dewasa dalam iman dan perbuatan yang baik di tengah kehidupan yang ramai ini.
Pertapa ditengah keramaian ini adalah spritualitas Kristen dan tradisi Mistik yang menekankan kekudusan dalam kehidupan sehari- hari. Kita tidak mengisolasi diri seperti pertapa tradisional, tetapi mencari padang gurun batin dan ketenangan jiwa ditengah kesibukan dunia. Sebenarnya kekudusan tidak selamanya ada di tembok biara atau tempat terpencil tetapi kekudusan bisa ditemukan atau dicapai dimana saja. Menariknya menjadi saksi iman lewat tindakan nyata kita kepada sesama.
Serikat Rosa Mistika(SRM) adalah Tarekat Sekuler yang berkomitmen untuk hidup dalam semangat spiritualitas mistik, khususnya melalui devosi kepada Santa Perawan Maria (dalam gelar “Rosa Mistika”) dan meneladani hidup kontemplatif di tengah dunia yang ramai. Saya sebagai suster SRM diharapkan untuk Mistika sebagai model iman, penyerahan, dan kesucian. Hidup kontemplatif dalam aksi, adalah menggabungkan doa mendalam dengan pelayanan di dunia yang ramai dan penuh tantangan.
Seorang suster sekuler adalah pertapa ditengah keramaian. Hidup saya adalah kesendirian batin,(Kontemplasi, doa dan matiraga) meski saya berada ditengah dunia yang ramai dan sibuk. Saya sadar bahwa saya tidak mengasingkan diri, jadilah seperti bunga teratai yang tumbuh di lumpur tetapi tidak ternodai.
Suster sekuler yang menghayati tiga nasihat injil di tengah dunia yang ramai atau sibuk maka tetaplah menjadi pribadi yang sederhana, rendah hati dan bijaksana terus tetap fokus, sadar dan penuh kasih kepada diri sendiri dan sesama. Seorang suster sekuler selalu ingat pada Spritualitasnya yakni; carilah Tuhan dalam keheningan batin walaupun di tengah dunia yang ramai, doa adalah nafas hidup baik Rosario, Merayakan Ekaristi dan Meditasi adalah tulang punggung hidup dan pelayanan tanpa jubah untuk mengasih sesama secara konkret tanpa atribut religius. Doa singkat yang selalu muncul di hatiku kemanapun saya pergi adalah “Yesus kasihanilah saya orang berdosa”.
“Kekudusan bukan untuk sedikit orang, tapi untuk semua yang mau membiarkan Tuhan mengubah keramaian jadi biara.”
Seorang suster sekuler yang membawa nama mistik ditengah keramaian dunia, Bukan pelarian tapi transpormasi batin bahwa saya tetap hidup di dunia tetapi terarah kepada yang ilahi. Sesuai dengan visi SRM yakni kontempalsi dalam aksi seperti Yesus yang berdoa di gunung, lalu turun melayani orang sakit dan berdosa. Saya harus selalu Fokus dan sadar, rumahku biara tanpa tembok, setiap tempat adalah tempat kudus dimana saya biasa bertemu dengan Tuhan.
Seorang suster sekuler tinggal ditengah dunia yang ramai pasti ada tantangannya sendiri. Kebisingan dunia harus saya jadikan keheningan hati,Tuntutan materi saya jadikan kebebasan rohani dan Godaan untuk ikut arus menjadikan saya setia pada nilai-nilai Injil yang saya janjikan. Mistik matiraga yang paling tersembunyi tetapi nyata dihayati dan dipraktekan adalah tersenyum pada orang yang menyebalkan adalah matiraga kesabaran atau menampakan pribadi mistik. Saya harus belajar dari beberapa santo dan santa yang sungguh- sungguh menampakan mistik di dunia ini adalah; St. Fransiskus Asisi: Mencintai alam dan kaum miskin sebagai cermin Allah dan Ibu Teresa: Melihat Yesus dalam wajah orang terlantar. Saya melihat Yesus dalam diri anak- anak yang saya bina dan layani.
Doaku
Ya Allah, ajarilah saya menemukan-Mu,dalam debu jalanan,dalam tangis anak,dalam layar komputerku yang redup.Buatlah hatiku seperti biara,di mana Engkau satu-satunya Tuhanku dan Allahku. Amin.”
Penulis: Sr. Agnita Degei, SRM




