Majalah Gaiya

TUNGKU API KEHIDUPAN: MELESTARIKAN TRADISI DALAM PERUBAHAN ZAMAN

Dalam setiap kehidupan manusia Tungku Api tidak hanya berfungsi sebagai alat memasak, tetapi juga sebagai simbol kehidupan yang lebih dalam. Tungku api sebagai pusat interaksi sosial dan tempat berkumpul manusia, Tungku Api merepresentasikan nilai-nilai tradisional yang diwariskan oleh nenek-moyang harus diwariskan kepada generasi ke generasi zaman modern ini demi masa depan yang akan datang sebagai nilai kehidupan. Namun, pada zaman modern ini, terjadi begitu banyak hal dan tantangan yang ditandai oleh perubahan zaman dan kemajuan teknologi yang cepat, sehingga dapat mempengaruhi nilai-nilai tradisi mulai terancam oleh arus globalisasi dan gaya hidup yang serba cepat.

Perubahan zaman membawa tantangan baru bagi kehidupan manusia zaman ini, sehingga di mana nilai-nilai kehidupan yang dijaga dan dilindungi sering berjalannya waktu dilupakan oleh kebiasaan dan gaya hidup yang baru. Namun, tetap ada kebutuhan mendasar untuk melestarikan tradisi dan nilai-nilai yang mengikat kehidupan manusia dan terus memberikan makna dalam hidup semakin hilang. Oleh karena itu, pada suatu kesempatan Alm.Mgr. Jhon Philip Gaiyabi Saklil menegaskan bahwa perlunya pendidikan karena “Pendidikan merupakan tungku api yang harus tetap menyala bagi masyarakat, lebih khususnya masyarakat local”. Melalui Tungku Api kehidupan budaya dan simbol-simbol perlu diwariskan kepada generasi muda melalui pendidikan budaya agar mereka terus menjaga nilai-nilai tradisi budaya sebagai warisan hidup di zaman modern yang sedang mengalami dan terus berubah-ubah ini.

Melestarikan tradisi budaya bukan hanya tentang mempertahankan praktik masa lalu, tetapi juga tentang mengadaptasi dengan nilai-nilai hidup tersebut dijaga dan dilindungi sebagaimana mestinya dalam hidup bersama, misalnya cara memasak tradisional bisa digabungkan dengan teknologi modern, menciptakan pengalaman baru tanpa mengorbankan identitas budaya. Melalui penggabungan ini, generasi muda dapat diajak untuk memahami dan menghargai warisan kehidupan sebagai sumber hidup, sekaligus mengajak generasi muda untuk tetap menghidupkan dan menemukan kembali cara untuk menjaga nilai-nilai tradisi hidup itu dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber hidup yang diwariskan oleh nenek-moyangnya.

Tujuannya adalah untuk kembali ke Tungku Api kehidupan budaya dengan bertekun dan bijaksana dan terus menghidupkan budaya hidup yang sebenarnya secara baik dan benar, nilai-nilai tradisi perlu mewariskannya kepada generasi muda melalui bercerita dan berdialog, itu artinya bahwa menghidupkan kembali budaya bercerita dalam hidup bersama generasi muda terhadap perkembangan dunia modern ini, demi kebersamaan dan kekrabatan hidup harus dihidupkan sebagai suatu tradisi budaya berdasarkan pada nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya itu akan menekankan pada kekuatan tersendiri dalam menyampaikan pengalaman hidup sebagai pengetahuan spiritual budaya yang memiliki nilai dan makna kehidupan bersamanya.

Artinya bahwa pentingnya menjaga Tungku Api kehidupan tradisi dan terus dinyalakan dalam hidup bersama, komunitas, keluarga, kelompok dan suku sebagai pusat interaksi sosial dimana mengajarkan pentingnya nilai tradisi bagi semua anggota masyarakat. Nilai tradisi yang dimaksudkan adalah nilai kebersamaan, kekerabatan, kekompakan, kesatuaan, identitas budaya, kearifan lokal, pendidikan budaya, kreativitas, ilmu pengetahaun tentang nilai-nilai dan tradisi budaya, kesetiaan, kerukunaan, kemakmuran, kedamian, keberagamaan, keterlibatan, keagamaan, ritual, simbolis dan spiritual hidup bersama dalam budaya dan tradisi hidup sebagai dasar hidup manusia terhadap budayanya, sehingga nilai-nilai itu terus dihidupkan kembali dalam budaya sebagaimana mestinya.

Diakhir tulisan ini, penulis mengajak bahwa perlunya menghidupkan Tungku Api sebagai simbol tradisi yang menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya tetap penting meskipun ada perubahan zaman. Kehidupan tradisi menjadi pengingat akan identitas dan warisan masyarakat, sehingga masyarakat dapat menemukan cara melestarikan tradisi sambil menjaga nilai-nilai budaya kehidupan sebagai asetnya. Surat Paulus kepada jemaat di Timotius menyoroti ”iman nenek-moyang Timotius, menunjukkan betapa pentingnya warisan spiritual dalam hidup seseorang” (2 Tim 1:5). Perikop ini mengajak bahwa perlunya pelestarian melalui pendidikan dan promosi nilai-nilai lokal agar generasi mendatang tetap menghargai dan menjaga tradisi hidup budaya sebagai Tungku Api kehidupannya.

 

Penulis: Fr. Yuven Migani Belau

Keuskupan Timika

Official WEB Keuskupan Timika di kelola oleh Komisi Komunikasi Sosial

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button