Majalah Gaiya

MEMBANGUN KEHIDUPAN KELUARGA YANG BERMARTABAT

Didalam Refleksi ini berangkat dari kehidupan masa kini merupakan keluarga dipanggil untuk membangun kerjasama dan mengangkat harkat dan martabat hidup manusia yang baik dan benar. Oleh karena itu, setiap kita diajak untuk menghormati sebagai “Saudara-saudaraku, orang-orang yang percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang mulia tidak boleh pilih kasih” (Bdk. Yakobus 2:1). Perikop ini memberikan kepada kita suatu pengetahun bahwa pentingnya hak hidup sebagai saudara dan suadari dan mengajak kita bahwa setiap manusia memiliki hak yang melekat dalam dirinya untuk hidup, sebab kehidupan kita manusia adalah Tuhan tercermin didalam wajah manusia. Membangun  kehidupan keluarga berarti setiap keluarga dipanggil untuk memberikan penghiburan dalam kesusahan dan kasih sayang sebagai saudara dalam cinta kasih Kristus sejati.

Maka itu melalui Gereja setiap manusia dipanggil dan mengajarkan bahwa semua kehidupan manusia adalah kudus dan suci yang harus dijaga dan dilindungi sebagaimana Allah menjaga dan melindungi kita. Mengapa Allah mencintai kita, karena keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah yang terutama karen manusia dikasihi Allah secara khusus sebagai makluk yang bermartabat. Artinya bahwa setiap kita adalah makluk yang bermartabat, oleh karena itu, Paus Yohanes Paulus II mempertegaskan kehidupan keluarga sebagai saudara dalam Anjuran Apostolik Familiaris consortio bahwa “memiliki saudara atau saudari yang mencintai Anda adalah pengalaman yang mendalam, tak tertandingi dan tak tergantikan” (Bdk. FC, art. 18) dalam hidup berkeluarga bersama.

Keluarga dipandang sebagai Tungku Api kehidupan yang selalu memberikan warna tersendiri dalam membangun kehidupan manusia yang bermartabat dan bersolider. Bermartabat berarti menjaga nilai-nilai hidup keluarga dengan penuh bijaksana dan menjaga keutuhan hidup bersama sebagai keluarga Allah. Dan keluarga dipanggil untuk menghayati nilai-nilai Injil yang menyelamatkan hidup bersama dan membangun persaudaran dan persatuan dalam diri Yesus Kristus sebagai kepala keluarga. Kehidupan keluarga dapat hidup kokoh dan kuat terhadap arus globalisasi, karena sepasang suami-istri berusaha bersama untuk menjaga nilai-nilai kehidupan keluarga bersama, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Injil sebagai suatu kekuatan hidup bersama sebagai dasar kekuatan cinta kasih bersama. Keluarga hidup dan kuat ketika mereka saling menguatkan dan meneguhkan berdasarkan pada janji kesetiaan cinta kasih Kristus dalam membangun keluarga kudus Allah bersama.

Dokumen Anjuran Apostolik Amoris Laetitia merupakan salah satu bentuk karya pastoral yang menawarkan solusi untuk menghadapi tanda krisis yang dialami oleh keluarga untuk membangun keluarga kudus Allah yang bermartabat, dan mengarahkan pada nilai ”Sukacita kasih” Allah dalam membangun persaudaran hidup keluarga, dan keluarga dipanggil untuk bergembira dan bersukacita bersama. Oleh karena itu, dari sudut pandang Tungku Api Alm. Mgr. Jhon Philip Gayabi Saklil berpesan kepada keluarga-keluarga untuk “Perkokoh Ketahanan Keluarga dengan Mengedepankan Semangat Keteladanan Hidup” (Mgr. Jhon P. Saklil, 2021). Artinya bahwa keluarga dipanggil untuk membangun hidup bersama untuk menjaga nilai-nilai hidup budaya yang berdasarkan pada Injil sebagai dasar hidup iman keluarga. Berdasarkan pada dokumen Amoris Laetitia diatas mengajak keluarga-keluarga  untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup masa kini dengan penuh sukacita kasih dan menjaga martabat dan harkat hidup keluarga serta berpartisipasi dalam menghadapi arus zaman masa kini dengan setia dan tulus mengedepankan nilai sukacita kasih Kristus.

Dengan demikian keluarga dipanggil untuk membangun keluarga kudus serta menjunjung tinggi nilai belas kasih dengan mengutamakan nilai cinta kasih Kristus. Nilai belas kasih yang dimaksudkan ialah menjunjung tinggi harkat dan martabat cinta kasih sebagai dasar hidup iman keluarga adalah madah kasih, untuk saling memberikan diri dalam membangun hidup bersama. Sebuah serunan Madah kasih yang dikutip dari Surat Paulus kepada Jemat di Korintus yang pertama yang memberikan inspirasi tersendiri bagi setiap kita dalam hidup panggilan ini adalah sebagai berikut:

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan untuk diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita atas ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung sesuatu”(1Kor 13:4-7).

Berdasarkan madah kasih diatas keluarga dipanggil untuk saling membangun serta menjaga persatuan hidup bersama yang berlandaskan pada sukacita kasih Kristus. Cinta kasih Kristus yang dipersatukan melalui Gereja untuk hidup bersama. Artinya bahwa setiap manusia dipanggil oleh Allah melalui kasih-Nya untuk mewartakan nilai-nilai kebaikan Allah dalam membangun persekutuan hidup bersama.

Oleh karena itu, Keluarga melalui Gereja dipanggil untuk mewartakan Injil dalam diri keluarga sebagai Gereja mini; dalam hidup bersama, entah itu secara langsung maupun tak langsung dalam hubungan relasi bersama dengan sesama yang lain. Itu semua akan hidup ketika kedua pasangan saling membuka diri terhadap situasi dan masalah hidup keluarga bersama untuk mencapai tujuan hidup panggilan mereka, atas dasar hidup Gereja sebagai batang tubuh Kristus dalam hidup keluarga dengan lingkungan masyarakat sambil mengutamakan nilai belas kasih dan sukacita kasih Kristus sebagai satu kesatuan dalam diri Gereja dan keluarga. Dari sisi aspek Tungku Api keluarga dipanggil untuk saling menghidupkan antara satu dengan yang lain. Maka itu kita dipanggil untuk mengikuti serta mewartakan nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh Allah melalui Gereja dalam konteks budaya hidup keluarga dan masyarakat; melalui kehidupan budaya keluarga dipanggil untuk mengutamakan norma-norma budaya yang menghidupi sebagai suatu dasar hidup keluarga dalam menjalani tatanan hidup panggilan keluarga.

Dengan demikian kita adalah keluarga anak-anak Allah. Keluarga dipanggil untuk bersaksi tentang Kristus ditengah dunia zaman ini. Oleh sebab itu, Allah melalui Roh telah menjamin kehidupan kita untuk bersaksi tentag diri-Nya, bahwasanya setiap keluarga dipanggil untuk mewartakan Misi dalam dengan sungguh-sungguh. Hendaknya dipanggil untuk bekerja sama dalam membangun persatuan dan persaudaran dalam situasi hidup ini bersama dan mengajak setiap keluarga untuk menghadapi setiap peristiwa hidup dengan hati yang terbuka; tambah membebankan satu pihak, tetapi keluarga (Bapak dan Mama) dipanggil untuk memikul beban hidup bersama entah dalam situasi gembira maupun sedih, karena Roh yang tersembunyi akan mengerakkan hati-Nya secara sendiri. Kehadiran Roh membawa kebahagian dan kegembiran untuk meneruskan kehidupan keluarga yang berlimpah berkat.

Melalui kehidupan dan panggilan keluarga bagaikan Tungku Api. Mengapa? Karena setiap keluarga dipanggil dan diajak untuk membangun budaya hidup mendiri, dan mengangkat harkat dan martabat diri manusia yang seutuhnya. Melalui ini kita disadarkan untuk mempu menambahkan iman dengan kebajikan, pengetahuan, penguasan diri, ketekunan, kesalehan dan kasih kepada semua orang (Bdk. 2 Ptr 1:2-7) sebagai puncaknya. Artinya bahwa kita semua melalui Gereja dipanggil untuk saling mengasihi antara satu dengan yang lain, sebagaiman Allah telah mengasihi kita. Oleh karena itu, tungku api keluarga perlu dihidupkan untuk mencapai kehidupan yang baru; melalui tungku api keluarga diajak untuk saling mencintai dan saling menghormati atas rahmat kasih Allah itu dengan tulus hati. Dasar hidup tungku api adalah setiap manusia diajak untuk saling menghidupkan antara satu dengan yang lain, terutama keluarga dipanggil untuk saling mendukung, mendorong dan saling mengajak untuk hidup bersama sebagai saudara dan saudari dalam cinta kasih Kristus. Karena kasih Allah itu ditunjukkan kepada kita semua melalui tungku api kehidupan keluarga dan masyarkat.

Oleh karena itu, melalui Gereja keluarga dipanggil untuk mewartakan cinta kasih Kristus. Cinta kasih Kristus selalu hadir secara sendirinya dalam hidup keluarga, entah melalui siapa akan hadir dalam bentuk setiap peristiwa hidup sehari-hari. Maka itu, Gereja selalu memberikan tempat yang layak kepada setiap keluarga untuk mengambil bagian serta ikut terlibat dalam setiap kegiatan. Artinya bahwa setiap keluarga itu diajak untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan dalam membangun iman dan keluarga selayaknya hadir sebagai satu batang tubuh Gereja yang satu dan kudus. Supaya dengan cara inilah iman akan Yesus Kristus akan bertumbuh dan berkembang dalam situasi hidup keluarga, serta harapan-harapan hidup mereka akan terkabulkan secara sendirinya melalui bantuan Roh Kudus sebagai sumber kekuatan keluarga, demi mengutamakan nilai belas kasih Kristus serta mengangkat harkat dan martabat kelurga sebagai Gereja sejati.

Akhir dari semuanya ini, kita semua diajak melalui Gereja untuk menghidupkan kehidupan bersama mengangkat tungku api kehidupan keluarga dengan saling menghargai dan menghormati sebagai saudara dan saudari dalam hidup dengan mengutamakan nilai cinta kasih Kristus sejati. Melalui Ajaran Gereja Konsili Vatikan II Konsitusi Pastoral tentang Gereja di dunia Dewasa ini “Gaudium Est Spes” mempertegaskan bahwa setiap keluarga “hendaknya dijalankan seturut kesadaran akan iman dan panggilan sebagai anak-anak Allah” (GS, art.42), karena itu Allah sendiri memberikan kita kehidupan yang baru untuk membangun kerjasama dan saling mendukung sebagai satu keluarga Allah. Dengan demikian hidup akan bermakna ketika “Allah memberikan kita bukan roh ketakutan, melainkan Roh yang membangkitkan kekuatan kasih dan ketertiban” (Bdk. Tim 1: 7) dalam hidup panggilan kita zaman ini.

Penulis : Fr. Yuven Migani Belau

Keuskupan Timika

Official WEB Keuskupan Timika di kelola oleh Komisi Komunikasi Sosial

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button