REKREASI KONFRATER KEUSKUPAN TIMIKA DI PANTAI JONGSU: MEMBANGUN KOMUNITAS YANG SOLID
Rekreasi sering kali dipandang sebagai kegiatan santai yang hanya bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan. Namun, dalam konteks kehidupan rohani dan komunitas, rekreasi memiliki makna yang jauh lebih dalam. Bagi konfrater Komunitas Keuskupan Timika yang tinggal dan belajar di Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru, rekreasi menjadi salah satu cara untuk membangun kebersamaan, mempererat persaudaraan dan memperkuat fondasi spiritualitas dalam hidup bersama di komunitas.
Seminari Tinggi Yerusalem Baru, sebagai tempat pembinaan dan pendidikan akademik misalnya Kitab Suci, Filsafat, Pastoral, Teologi, Antropologi, Sosiologi, dan ilmu-ilmu lain serta hidup rohani bagi calon imam, tidak hanya berfokus pada pendidikan teologis dan pembentukan pribadi yang saleh. Namun, semangat hidup bersama dalam komunitas yang solid dan harmonis juga menjadi tujuan terpenting dalam perjalanan calon imam. Salah satu cara yang ditempuh untuk mencapainya adalah melalui kegiatan rekreasi bersama. Rekreasi seperti ini bertujuan sebagai sarana meningkatkan saling pengertian, hormat dan saling kerja sama dalam komunitas.
Rekreasi yang diadakan di “Pantai Jongsu” pantai tersebut terletak di wilayah Kabupaten Jayapura. Rekreasi itu bukan sekadar kegiatan hiburan semata, melainkan sarana untuk mempererat hubungan antara Pembina dan sesama konfrater, selain kegiatan seperti olahraga bersama, diskusi ringan, reflesing, atau bahkan jalan-jalan singkat ke alam sekitar, memberikan kesempatan bagi konfrater untuk saling mengenal lebih dalam, berbagi pengalaman dan menciptakan ikatan emosional yang kuat. Ini penting karena kehidupan di Seminari tidak hanya menuntut study akademik sebagai kekuatan intelektual dan spiritual, tetapi juga kemampuan untuk hidup dalam komunitas yang penuh kasih dan pengertian dalam hidup bersama.
Rekreasi juga berperan sebagai sarana penyegaran fisik dan mental. Dalam rutinitas yang padat dengan kegiatan akademik dan rohani, konfrater memerlukan waktu untuk melepaskan diri dari tekanan dan memberikan ruang bagi tubuh dan pikiran untuk beristirahat. Dengan demikian, rekreasi tidak hanya mendukung kebersamaan, tetapi juga menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari konfrater.
Selain itu, rekreasi bersama juga memberi kesempatan untuk memperkuat semangat kerja sama dan gotong-royong serta membagikan “sukacita kasih” (Amoris Leatitia) bersama. Setiap kegiatan bersama, konfrater diajak untuk saling mendukung; yang mana ditegaskan oleh Paus Fransisku dalam ensiklik Amoris Laetitia artikel 236 bahwa “yang memerlukan dukungan kasih karunia, membutuhkan kerja sama, murah hati dari sanak-saudara, dan teman-teman” (AL 236). Hal ini membentuk konfrater menjadi pribadi yang lebih peduli terhadap sesama dan siap untuk bekerja sama dalam pelayanan Gereja di kelak nanti. Proses ini membentuk karakter konfrater dalam menghadapi tantangan hidup bersama dan menjalani panggilan sebagai calon imam.
Bagi confrater Komunitas Keuskupan Timika, rekreasi juga menjadi momen untuk merenung dan berbagi refleksi rohani. Banyak kegiatan rekreasi yang diiringi dengan kesempatan untuk berbicara tentang pengalaman hidup, tantangan yang dihadapi dan harapan di masa depan. Dalam suasana yang lebih santai dan informal, konfrater dapat saling menguatkan dan menginspirasi dalam perjalanan hidup konfrater sebagai calon imam.
Pada akhirnya, rekreasi di pantai Jongsu bukan hanya tentang bersenang-senang, tetapi tentang membangun fondasi sebuah komunitas yang solid, penuh cinta, dan saling mendukung. Melalui kebersamaan dalam setiap kegiatan rekreasi, konfrater belajar untuk hidup dalam harmoni, mengasihi satu sama lain dan semakin matang dalam panggilan sebagai calon imam. Dengan demikian, rekreasi bukan hanya menyegarkan tubuh, tetapi juga memperbaharui semangat dan memperkuat tekad untuk mengikuti jalan yang telah dipilih dan kegiatan rekreasi ini merupakan salah satu kunci penting dalam menciptakan komunitas yang harmonis, penuh kasih dan siap menjalani panggilan iman konfrater sebagai calon imam, untuk “bekerja sama dengan orang lain, dengan mengesampingkan perbedaan yang ada” (Amoris Laetitia art. 100).
PENULIS : FR. YUVEN BELAU







