Majalah Gaiya

GERAKAN TUNGKU API KEHIDUPAN ADALAH GERAKAN ROH KUDUS

Sebuah Refleksi untuk Kembali Menyadari Diri

Prolog

Beberapa tahun yang lalu Alm. Mgr. Jhon Philip Saklil Pr, mengumandangkan Gerakan Tungku Api Kehidupan atau GERTAK di wilayah Keuskupan Timika menuju gereja yang mandiri dan misioner. Pikiran ini lahir dari permenungan yang Panjang atas dinamika persatuan hidup bagi umat Keukupan Timika. Melihat perkembangan hidup yang terus mengancam berbagai aspek kehidupan maka lahirlah suatu semangat atau spirit supaya kembali menata kehidupan agar terjadi keselamatan saat ini dan nanti. Melalui ini juga Tim Pastoral melahirkan ide-ide yang cemerlang ditingkat Keuskupan, Dekenat, Paroki-Paroki, Stasi dan sampai tingkat Komunitas Basis Gereja (KBG), dengan berbagai kegiatan-kegiatan fisik maupun non fisik yang menghidupkan. GERTAK yang lahir melalui pikiran bersama ini tdak lain selain memuliakan Allah yang menyelenggrakan kehidupan ini, dan juga merupakan proses untuk siapkan jalan bagi Dia yang memberi kehidupan jasmani dan rohani.

GERTAK jelas memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah: Mengajak umat keuskupan Timika untuk menghidupkan kembali nilai-nilai spiritual, Melindungi dan mengelola sumber hak-hak hidup masyarakat lokal secara layak dan bermartabat, serta Berpastoral secara kontekstual, sesuai dengan kondisi umat. Dari pergumulan yang Panjang setiap  umat Keuskupan Timika dituntut untuk miliki suatu kesadaran yang tinggi agar keprihatinan dan harapan ini terwujud dalam kehidupan. Jika tidak maka akan kehilangan arah harapan hidup.

Pada Hari sabtu, 4 Maret tahun 2017 Gereja Katolik Timika sosialisasikan GERTAK di Aula Keuskupan. Ada beberapa point penting yang Alm. Mgr. Jhon sampaikan bahwa; Geraja mengangkat tema ini karena potret kemiskinan masyarakat pemilik hak ulayat akibat pertambahan penduduk diwilayah perkotaan, masuknya investor perkebunan yang membabat habis hutan sagu dan diganti dengan perkebunan sawit, lahan tidur/tidak produktif, mental atau karakteristik pemilik dusun yang mudah dipengaruhi untuk menjual lahan. Untuk itu gereja mengangkat Gerakan ini yang bertujuan untuk melindungi tanah dan dusun sebagai sumber ekonomi masyarakat, serta membantu masyarakat mengelolah tanah dan kebun sebagai pusat hidup kehidupan.

Bagaimana Kesadaran Umat Saat ini

Semenjak GERTAK lahir dan mulai disampaikan melalui seminar di tingkat Keuskupan melalui Tim Pastoral, penulis refleksi dan melihat secara holistic bahwasannya ada yang memahami dan ada yang belum memahami, ada yang dengar tetapi pelaksanaan tidak ada, dan ada yang benar-benar menghayati dalam seluruh kehidupan baik hidup jasmani maupun rohani. Kesadaran umat sampai saat ini belum memenuhi seperti yang diharapkan. “GERTAK adalah roh jika roh mati maka nyawa untuk hidup pun tentu mati, kehidupan sosial saat ini sungguh tidak baik-baik saja” maka itu kita bersama mesti merenung kembali seluruh perjalanan hidup sebelum dan saat ini.

Melalui tulisan ini mau disampaikan bahwa seluruh umat manusia segeralah sadar untuk tidak menjual tanah, merusak Pendidikan, menghancurkan pelayanan publik seperti dinas Kesehatan dan lain sebagainya. Pemekaran-pemekaran daerah otonomi baru mengingatkan kita bahwa itu merupakan tantangan dan harapan untuk hidup. Situasi saat ini nyawa korban banyak, belum lagi kehidupan keluarga yang tidak aman. Maka itu segeralah sadar dan kembali kerumah dan  nyalakan semangat api kehidupan, saling memberi nasehat tentang kerasnya kehidupan dan lain sebagainya. Disampaikan berulang-ulang oleh Tim Pastoral Keuskupan melalui media cetak, khotbah pada hari minggu atau Hari Raya, atau melalui seminar pun sampai saat ini penulis menilai umat Allah masih belum sadar, terlebih untuk orang mudah yang selalu jalan tanpa tujuan dan ini tentu  kehilangan harapan hidup.

Umat dituntut untuk menghayati Api Kehidupan

Api merupakan sumber cahaya utama dalam kehidupan umat manusia sebelum listrik ditemukan. Dalam kehidupan tersebut umat manusia membutuhkan api untuk berbagai keperluan. Sumber pencipta api adalah Allah. Dalam konteks api penulis membahas soal simbol dari api. Api adalah semangat yang membara dan memotifasi kita dalam memulai atau melakukan sesuatu hingga tujuan tercapai. Sekali menyala, api akan terus berkobar. Api bisa mendatangkan kematian dan juga kemengan. Tetapi dalam konteks tulisan adalah bagaimana memadamkan api kematian dan memperjuangkan api kehidupan agar terang bercahaya dalam kegelapan.

Semangat GERTAK awal yang terus berkobar-kobar itu mesti kita memelihara dan menghayati serrta melaksanakan dalam Tindakan nyata supaya tujuan dasar tercapai.  Manusia pada dasarnya digerakkan oleh roh. Roh adalah semangat atau spiritual. Melalui itu manusia menghadirkan semangat yang baru dalam seluruh kehidupan. Manusia yang hidup tanpa Roh tentu menjadi layu dan kering, mengapa? Karena tidak menghidupi semangat yang berasal dari yang ilahi. Tanpa suatu semangat yang membara yakni roh kehidupan maka manusia akan mengalami kehilangan harapan akan hidup dalam kehidupan manusia.

Tungku Api Kehidupan juga adalah kehadiran Allah. Allah mesti dihadirkan dalam pribadi dan dalam keluarga, serta dalam tugas pelayanan sesuai dengan panggilan hidup masing-masing. Api juga harus dinyalakan di tungku api, untuk apa? Menjaga kekudusan Allah. Jika keluarga-keluarga tidak menyalakan api dalam keluarga maka dosa tentu semakin banyak. Semoga api Roh Kudus membakar hati kita yang terdalam untuk terus memahami, menghyati dan merefleksikan misi Allah ini dalam seluruh tugas perutusan kita dalam hidup harian.

Epilog

Hemat penulis bahwa dalam penulisan refleksi hidup ini penulis ingin menutup dengan wejangan-wejangan Alm.Mgr.Jhon Philip Saklil yang selalu sampaikan ke kita semua seperti yang dituliskan diatas adalah:

  • Hidup dari hasil kebun bukan dari hasil proposal.
  • Didiklah anak-anakmu dengan baik melalui Pendidikan. Hanya melalui Pendidikan yang mampu merubah bangsa ini.
  • Jika Pendidikan mati, anak-anak menjadi korban.
  • Jika rumah tidak berasap maka kehidupan mati.
  • Perkokoh ketahanan keluarga dengan mengedepankan semangat ketelanan hidup
  • Jangan membenarkan kebiasaan, tetapi membiasakan kebenaran.
  • Lebih baik tidak lancer baca dan tulis, karena tidak sekolah daripada sudah sekolah tapi tidak lancer baca tulis.
  • Anak tidak sekolah atau putus sekolah akan membawa malapetaka dalam hidup keluarga dan masyarakat. Dll.

Umat Allah yang terkasih inilah wejangan atau nasehat hidup dari Alm. Mgr Jhon Philip Saklil. Mari kita laksanakan dalam kehidupan kita, supaya Tungku Api tetap menyalah. Semoga Tuhan senantiasa menyertai kita selalu. Parate Viam Domini, siapkan Jalan Bagi Tuhan. Amin.

OLEH: FR. SEBEDEUS MOTE

Keuskupan Timika

Official WEB Keuskupan Timika di kelola oleh Komisi Komunikasi Sosial

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button