PEMBERKATAN DAN PERESMIAN KAPELA ST. FRANSISIKUS ASISI KOPERAPOKA, TEMPAT PEMBINAAN IMAN UMAT SUKU KAMORO
KEUSKUPANTIMIKA.ORG – Bertepatan dengan peringatan wajib St. Fransiskus Asisi, Gereja Katolik Keuskupan Timika memberkati dan meresmikan Kapela yang diberi nama pelindung St. Fransiskus Asisi di Koperapoka, Timika, yang merupakan wilayah dari Paroki Katedral Tiga Raja, Rabu 4 Oktober 2023.
Pemberkatan dan peresmian yang dipimpin oleh Pastor Amandus Rahadat, Pr sebagai pastor paroki Katedral Tiga Raja ini diawali dengan perarakan para Imam, misdinar dan petugas liturgi dari luar halaman gereja diiringi tarian seka, oleh umat suku Kamoro.
Setelah para imam dan rombongan yang tiba di depan pintu Kapela, acara dilanjutkan dengan penyerahan kunci pintu Kapela oleh perwakilan pemerintah daerah Kabupaten Mimika, pengguntingan pita oleh pastor paroki dan pembukaan pintu, kemudian acara dilanjutkan dengan perayaan ekaristi.
Sebelum pengguntingan pita, pastor Amandus mewakili Keuskupan Timika mengucapkan terima kasih kepada Pemda Mimika yang telah membantu membangun gedung Kapela ini. Pastor berharap agar kehadiran Kapela ini membantu umat di wilayah Koperapoka secara khusus umat Katolik suku Kamoro untuk pembinaan iman. Hal ini mengingat sejumlah umat suku lain seperti Amungme, Mee, Dani dan Moni telah memiliki Kapela masing-masing sebagai tempat pembinaan iman mereka.
“Ucapan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika yang sudah menjawab keinginan umat Koperapoka, dengan menghadirkan gedung ini. Saya sebagai pastor paroki Katedral Tiga Raja wakili Keuskupan mengucapkan banyak terima kasih,” kata Pastor Amandus.
Dalam homilinya, pastor Amandus menjelaskan, sejarah tanah Mimika, bersentuhan dengan gereja Katolik. Tanggal 22 Mei 1894, atau 129 tahun lalu, Pastor Le Coq D’Armandville SJ mendarat di Sekru-Torea, Fakfak, Tanah Papua dan melakukan pembabtisan pertama pada 23 Mei 1894.
Dua tahun kemudian, 27 Mei 1896 pastor Le Coq menginjakan kaki di tanah Mimika, dengan niat melakukan kegiatan misinya namun terhenti karena beliau wafat.
“Sesudah itu tanah Kamoro gelap, tidak ada tanda-tanda bahwa sinar cahaya Tuhan Allah akan mengena tanah ini,” kata Pastor Amandus.
Tahun 1917, atau 21 tahun setelah kedatangan pastor Le Coq, datanglah tenaga-tenaga baru membawa Injil di tanah Mimika, yaitu Mgr. Yohanes Aerts MSC, Pastor Kowatski dan dua guru dari Kei, Bapak Benediktus Renyaan dan Kristianus Rettob.
“Sejak itu, tanah Mimika bertemu lagi dengan gereja Katolik yaitu 96 tahun lalu. 96 tahun lalu, tanah ini sudah memeluk salib Kristus dan kondisi itu berlangsung sampai saat ini,” kata Pastor Amandus.
Permandian pertama orang Kamoro terjadi di Kokonao 11 Agustus 1928. Setelah permandian pertama itu berlanjut dan terus berlanjut sampai hari ini, ribuan orang Kamoro mengenal Yesus lewat gereja Katolik.
Selanjutnya pastor Amandus berpesan secara khusus bagi umat suku Kamoro, untuk jangan membalikan badan, tanah ini sudah disirami dengan air babtis, maka harus mempertahankan itu untuk kemuliaan nama Tuhan.
“Kapela yang diresmikan hari ini bertujuan untuk itu, bahwa bibit-bibit iman yang telah ditanam oleh Mrg. Yohanes Aerts dan para misionaris awal dan saat ini dilanjutkan oleh pada imam yang mana dua orang imam diantaranya adalah orang asli suku Kamoro,” ujarnya.
“Kapela ini diresmikan agar kita membangun diri, membangun iman, suatu saat kita tampil di gereja Katedral dan kita boleh menepuk dada dan berkata kami ada, kami masih ada dan akan tetap ada kerena memang tanah ini milik kami. Pastor harapkan agar dari tempat ini akan lahir bibit-bibit panggilan untuk jadi penerus pembawa dan penyebar iman kristiani, pengikut Yesus kemanapun,” ucapnya lagi.
Sesudah homili dilakukan pemberkatan gedung Kapela dan selanjutnya pelantikan badan pengurus Kapela.
Usai pemberkatan dan peresmian Kapela, kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan bersama di halaman Kapela. Peresmian ini diikuti oleh ratusan umat suku Kamoro dan para tamu undangan dari pemerintah daerah dan Forkopimda lainnya. (Jimmy Rahadat & Alo Welafubun)