SPIRITUALITAS KATEKIS
Yesus adalah Katekis sejati. Yesus dikatakan Katekis karena Dia telah menjadi pengajar (pendidik) ulung, terlebih terhadap murid-murid-Nya, yang disebut dengan 12 Rasul. Yesus mewartakan, mengajarkan Kerajaan Allah kepada manusia melalui perumpamaan-perumpamaan juga mujizat-mujizat. Para pengikut Yesus mengambil bagian dalam Yesus Kristus Sang Katekis dalam mewartakan sekaligus mewujudkan Kerajaan Allah. Tugas utama Katekis adalah mewartakan Injil Kerajaan Allah. Dalam usaha mengikuti Yesus dalam mengajarkan iman kristiani yang sebenarnya, beberapa kriteria atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh para Katekis. Kriteria yang akan disampaikan dalam uraian di bawah ini menjadi prasyarat menjadi Katekis. Kriteria tersebut juga merupakan spiritualitas para Katekis. Apa saya kriteria atau spiritualitas Katekis? Bagaimana para Katekis menghayatinya? Dari mana spritualitas Katekis ini dimulai? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi pertanyaan acuan untuk menggali spiritualitas Katekis.
1. Memiliki Hidup Rohani yang Mendalam
Seorang Katekis atau calon Katekis sudah harus pertama-tama memiliki hidup rohani, atau kerohanian yang matang. Hidup Rohani yang baik merupakan dasar hidup seorang Katekis. Katekis sejati memiliki hubungan, kedekatan dengan Tuhan: selalu berdoa kepada Tuhan yang menjadi sumber utama pengajaran dan pewartaan.
Dalam hidup, seorang Katekis harus menunjukkan sikap sebagai seorang pengikut Yesus yang memiliki kerohanian yang mantap. Kerohanian yang mantap akan terlihat dalam seluruh kehadiran, perkataan (pengajaran), juga sikap hidup dan perbuatan nyata. Dalam setiap tutur kata, bahasa, juga tindakan selalu menampakan Kristus. Artinya, kehadiran Katekis menghadirkan Kristus. Setiap kata, setiap tindakan harus sesuai atau sejalan dengan ajaran (cara hidup) Yesus Kristus.
Seorang Katekis yang kerohanian mendalam selalu mendahulukan hidup doa (meditasi juga kontemplasi) dalam hidup. Selalu melakukan discernment (pembedahan roh) dalam hidup. Yakni, meninggalkan perbuatan daging, perbuatan yang hanya mementingkan diri, ketamakkan, kesombongan, iri hati, dendam dan dengki, sebaliknya lebih mengutamakan cinta kasih, kerendahan hati, damai sejahtera, suka cita dan keselamatan. Seorang Katekis imannya kepada Yesus Kristus tidak tergoyangkan. Setiap pencobaan dilawan dengan mengandalkan kekuatan Roh Kudus. Para Katekis adalah orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus.
2. Memiliki Nama Baik sebagai Pribadi dan keluarga
Seorang Katekis wajib memiliki “nama baik” baik sebagai pribadi juga sebagai keluarga. Mengapa hukumnya wajib, karena pewartaan seorang Katekis akan imannya, yakni iman akan Yesus Kristus tidak terbatas hanya pada kata-kata, pewartaan di mimbar atau di depan kelas, namun harus dinampakkan di depan (di tengah) masyarakat (umat). Keberhasilan seorang Katekis mewartakan Injil Kristus adalah “kesatuan antara kata dan perbuatan.”
Sebagai seorang Katekis wajib menjaga (mempertahankan) nama baik di tengah umat, sebab sikap di tengah masyarakat itu sendiri merupakan proses katekese, proses pewartaan Injil. Ketika nama baik tercontreng (nama baiknya hilang), atau tidak dipercaya oleh umat (masyarakat), setiap kesaksian, pewartaan atau pengajaran selalu akan sia-sia: pewartaan akan menjadi hampa dan tak berguna di hadapan mereka.
Dalam usaha menjaga nama baik, selain setiap pribadi Katekis memiliki peran sentral, namun dukungan keluarga juga amat penting. Karena itu, setiap keluarga-keluarga Katekis harus menunjukkan (mempraktekkan) cara hidup Yesus: saling setia, saling percaya, saling mendengarkan, saling kerja sama dan lebih mengutamakan hidup rohani (aktif penuh dalam hidup menggereja).
3. Diterima oleh Umat
Cara hidup, sikap, tutur kata dan kebiasaan hidup seorang Katekis terkait erat dengan tanggapan umat yang dilayani. Umat akan bersemangat, senang dan bahkan diterima dengan hangat oleh umat, ketika cara hidup, sikap, tutur kata dan kebiasaan hidupnya meneladani Yesus Kristus.
Setiap Katekis yang hidupnya mengandalkan Yesus, pasti dalam kehadiran di tengah menjadi kerinduan yang dipenuhi. Katekis tersebut selalu dirindukan, dinantikan dan diharapkan oleh umat. Sikap seorang Katekis bukan buat-buat, bukan dibangun untuk sekedar menyenangkan hati umat, agar diterima tetapi, sebaliknya dari dasar iman yang sejati dalam Yesus Kristus. Seorang Katekis membangun persaudaraan sejati bersama umat. Ketekis menjadi altar Kristus, agar setiap umat sungguh merasakan kehadiran Kristus melaluinya, sehingga umat menerima Kristus sendiri lewat Katekis yang hadir.
4. Mempunyai Komitmen yang Tinggi untuk Mewartakan Kabar Gembira
Seorang Katekis harus memiliki komitmen yang tinggi, artinya menjadi Katekis bukan asal-asalan, atau bukan setengah-setengah. Komitmen seorang Katekis harus berakar pada Yesus Kristus sendiri sebagai Sang Katekis sejati. Komitmen yang berakar pada Kristus membara dalam pewartaan Kabar Gembira, yakni Injil Kerajaan Allah.
Komitmen yang tinggi untuk mewartakan Kabar Gembira membuat seorang Katekis bertahan dalam setiap badai dalam pewartaan. Seorang Katekis yang memiliki komitmen yang murni, tidak pernah menyerah dan pasrah pada pencobaan.
5. Mempunyai Pengetahuan yang Memadai
Pengetahuan tentang Katekis bagi seorang Katekis sangatlah penting. Pengetahuan-pengetahuan yang dapat menunjang kegiatan katekese seorang Katekis sangat penting. Misalnya, Pengetahuan Kitab Suci: tafsir-tafsir, Homiletika, Teologi, Pastoral, Gereja, Hukum Gereja, Katekese, dll.
Setiap Katekis wajib memiliki pengetahuan iman, atau ajaran Gereja. Dengan memiliki pengetahuan yang benar, ajaran iman yang benar, seorang Katekis akan mewartakan atau mengajarkan iman yang benar kepada umat yang dilayaninya.
6. Mempunyai Keterampilan yang Cukup
Selain pengetahuan iman, seorang Katekis harus terampil, atau harus mampu dalam mempraktekan pengetahuan iman dalam kehidupan nyatan. Ketrampilan seorang Katekis dan menerjemahkan ajaran iman kepada umat amatlah penting, sehingga pewartaan selalu kena konteks, bukan kena kosong.
Agar seorang Katekis terampil, cakap dan terlatih dalam pelayanan-pelayanan, dalam pewartaan dan pengajaran kepada umat, mereka harus giat belajar, mereka harus membina terus menerus, atau dengan istilah Gereja “on going formation”. Dengan demikian kecakapan, atau ketrampilan seorang Katekis dalam karya pelayanan membawah umatnya menemukan sumber hidup, yakni Kerjaan Allah.
Akhirnya, Katekis memiliki pekerjaan yang mulia, yakni membawah umat masuk dalam Kerajaan Allah. Katekis menghadirkan Yesus, Kerajaan Allah secara nyata dalam hidup sehari-hari. Maka itu, Katekis harus mampu bersikap yang benar, harus menjaga wibawah dan nama baik di tengah umat. Katekis menunjukkan diri sebagai rasul Kristus yang sedang berperan dalam membangun Kerajaan Allah. Katekis bersama Yesus, berjuang agar Kerajaan Allah sungguh-sungguh nyata, di sini saat ini.
Penulis: RUDIKA GOO